
Saat ini, dunia sedang digemparkan dengan adanya virus baru yang berasal dari Kota Wuhan, Tiongkok yang disebut virus COVID-19 atau lebih dikenal dengan virus corona. Virus ini mulai menjadi momok yang menyeramkan bagi masyarakat terutama masyarakat China pada akhir tahun lalu. Virus ini mulai memasuki Indonesia pada pertengahan bulan Maret 2020 dan sampai saat ini masih belum bisa diprediksi sampai kapan akan berakhir, bahkan World Health Organization (WHO) akhirnya menetapkan kejadian ini sebagai pandemi karena wabah ini semakin meluas ke berbagai negara di dunia.
Pandemi COVID-19 saat ini telah menjadi sejarah baru di dunia, khususnya di Indonesia, akibat dampak yang ditimbulkan sangat besar baik di bidang pendidikan, kesehatan, agama, sosial maupun bidang ekonomi. Sangat terasa besarnya dampak yang telah ditimbulkan dan semua orang ikut merasakannya mulai dari lingkup yang paling luas hingga yang sederhana seperti anggota keluarga kita. Beberapa bulan ini, keluarga yang setiap hari bersama dengan kita, mulai dari kepala keluarga sampai dengan anak-anak kita merasakan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru di masa pandemi COVID-19. Apalagi saat-saat mendekati bulan suci ramadan yang telah dirindukan oleh keluarga. Tentunya, hadirnya pandemi ini di tengah bulan ramadan membawa suasana yang sangat berbeda dengan bulan ramadan sebelumnya, ramadan tahun ini adalah bulan ramadan spesial yang akan tercatat dalam sejarah kehidupan kita.
Tabah dan ikhlas adalah dua kalimat sederhana yang sangat mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk dilakukan terutama di tengah wabah sekarang ini. Kesulitan ini menjadi ujian bagi setiap umat manusia agar berusaha melakukan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ujian dan cobaan hidup yang tiada henti menghampiri harus mampu kita terima dengan tabah dan ikhlas agar kehidupan ini bisa lebih bermakna. Di tengah pandemi COVID-19, kita sudah tidak perlu memikirkan hal yang konsumtif sebagaimana yang kita lakukan di bulan ramadan sebelum-sebelumnya. Ramadan kali ini membuat kita belajar dari kebiasaan-kebiasaan di bulan ramadan sebelumnya untuk lebih banyak belajar tabah, ikhlas, dan bersyukur dalam menjalani kehidupan sederhana. Kebiasaan berbuka puasa yang berlebihan, membeli baju baru saat lebaran danΒ membeli barang-barang baru yang mewah serta branded di hari kemenangan yang kita lakukan di ramadan sebelumnya bukanlah keharusan untuk kita lakukan saat bulan ramadan saat ini. Ramadan kali ini mengajarkan kepada kita bahwa kebiasaan tersebut bukanlah hal wajib seperti yang telah diajarkan dalam Islam untuk hidup sederhana dan tidak berfoya-foya dihari kemenangan.
βDari Zaid bin Al Hasan bin Ali, dari ayahnya, radliyallahu βanhuma, ia berkata : Kami diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu βalayhi wa Sallam pada hari untuk memakai pakaian yang ada dan memakai wangi-wangi dengan apa yang adaβ
Teringat dengan perkataan khalifah Umar bin Abdul Aziz:
βHari raya itu bukan bagi orang yang memakai pakaian baru, Akan tetapi hari raya bagi mereka yang takut terhadap hari pembalasanβ
Hari kemenangan akan benar-benar kita dapatkan jika kita banyak bersedekah dan bershodaqoh atas kelebihan yang kita miliki. Apalagi ditengah wabah pandemi COVID-19 ini banyak sekali ladang pahala yang bisa kita lakukan untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan bantuan.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rosulullah Saw. bersabda: βApabila βanak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakan dia.β (HR Muslim)
Β
6 Kebiasaan Selama Pandemi COVID-19
Gemparnya dunia akibat pandemi COVID-19 ternyata tidak hanya menimbulkan dampak buruk saja, jika kita mau meresapi ternyata banyak juga dampak positif yang bisa memberikan pelajaran mengenai arti kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan dalam kesederhanaan bersama anggota keluarga di bulan suci ramadan. Kita bisa mulai menerapkan dan menjadikan kebiasaan positif sehari-hari. Ada enam kebiasaan positif yang bisa memberikan pelajaran bermakna bagi kita.
Pertama, kebiasaan stay at home. Sering kali tanpa disadari, kita meremehkan hal ini. Selama ini mungkin kita tidak sadar waktu kita terbuang habis di luar rumah untuk bekerja, sehingga lupa waktu dengan anggota keluarga, lupa untuk berkumpul dan bercengkerama bersama keluarga walau hanya sebentar saja. Dengan adanya pandemi ini, kita berdiam diri di rumah, memiliki banyak waktu untuk dihabiskan dengan keluarga, mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan kita, melakukan hal yang sebelumnya tidak kita lakukan dengan keluarga. Kita jadi memahami bahagianya bersama keluarga dan lepas dari kepenatan di luar rumah.
Kedua, kebiasaan work at home, sering kali orang meremehkan penghasilan bekerja yang hanya di rumah saja, padahal tanpa kita tahu bekerja di rumah bisa lebih banyak menghasilkan uang dan tetap bisa berkumpul dengan keluarga, sambil mengawasi anak-anak yang masih kecil. Bekerja di rumah bukan berarti mematikan kreatif dan inovasi kita, tidak juga menjadi hambatan kita untuk bisa menyalurkan ide ide yang ada di dalam pikiran kita. Melalui bekerja di rumah kita semakin dituntut untuk bisa berkreasi dan berinovasi. Seakan kita diberi waktu untuk menghasilkan hal yang menakjubkan.
Ketiga, kebiasaan physical distancing, hal ini sudah diajarkan dalam agama Islam, dimana setiap orang harus menjaga jarak jika itu bukan mahromnya. Bahkan didalam hadist dijelaskan kita harus menjaga jarak minimal satu meter dengan lawan jenis yang bukan mahromnya. Interaksi antara lawan jenis diperbolehkan, selama masih dalam batas yang diperbolehkan dan dilarang bersetuhan. Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan Rasululloh, yaitu
βDitusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.β (HR. Thobroni dalam Muβjam Al Kabir 20: 211)
Β Keempat, kebiasaan social distancing. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh bersosialisasi dengan orang lain, karena manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Maksud social distancing di sini, kita diajarkan untuk membatasi diri dalam bersosialisasi, sering kali kita lupa dengan kebiasaan berkumpul bersama dengan membicarakan hal yang tidak perlu (ghibah, ngrasani, dan sejenisnya), mengadakan acara buka bersama di kafe mahal, berfoya-foya sampai lupa waktu sholat, lupa dengan ibadah sholat tarawih. Kebiasaan nongkrong di kafe sampai larut malam tanpa tujuan yang jelas dan tidak ada manfaatnya.
Kelima, kebiasaan mengenakan masker setiap kali keluar rumah. Kebiasaan ini adalah kebiasaan sehat yang baik untuk dilakukan. Masker dapat melindungi kita dari polusi udara yang tidak baik untuk kesehatan pernafasan, untuk menghindari berbagai penyakit akibat perubahan cuaca, mencegah dan melindungi diri dari penyebaran berbagai penyakit menular.
Keenam, kebiasaan mencuci tangan. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan baik yang bisa diterapkan dalam keluarga. Berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh kuman bisa dihindari dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun, karena tangan yang kerap kita gunakan untuk melakukan aktivitas tidak bisa kita deteksi kuman yang menempel ditangan kita. Kebiasaan sehat ini akan menjadikan diri kita sebagai pribadi yang selalu waspada dengan kodisi lingkungan dan tidak mudah meremehkan hal kecil, karena hal kecil itu lama-kelamaan bisa menjadi suatu bencana besar yang akan kembali menimpa diri kita.